Jumat, 27 April 2012

Karimunjawa, one of many paradise island in Indonesia


Dari dulu niat untuk kembali mengupdate blog hanya sampai dengan niat.
Banyak konsep baru, banyak ide tercetus, tapi hanya sekadar pikiran sesaat, tidak ada tindakan lebih. Sampai akhirnya saya paksakan untuk menuangkan satu dua kata terlebih dahulu, karena ide akan mengalir ketika kita sedang menulis. Seperti tulisan saya yang sebelumnya tentang membuat LED Cluster, kali ini saya juga hanya akan bercerita, tidak seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya yang sedang belajar menulis sebagai jurnalis jalanan, hehe...

Karimunjawa, 6-9 April 2011, sebuah rencana yang tertunda hampir setahun yang lalu.
Dan kini pun tulisan tentang petualangan ini juga baru tertuangkan setahun kemudian

Bisa dibilang ini merupakan awal petualangan saya dengan 7 teman saya seangkatan 2007 (Ote, Kusir, Rilwanu, Tofik, Geby, Wanti, Irsya) dengan berkonsep backpacker. Eh koq ada Irsya, Irsya? yang mana sih? hehe ternyata dia adek gahul dari angkatan 09, saya pun juga baru kenal dia juga karena Karimunjawa, yang mana saat disana si Irsya ini lebih sering berduaan sama Bang Opik, ehem.

Nah, jika biasanya traveling dengan menggunakan motor/mobil pribadi, baru kali ini saya melakukan perjalanan dengan transportasi umum. April itu adalah dimana saya sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, saya sendiri adalah mahasiswa yang tak terencana, tidak pernah merencanakan sesuatunya lebih awal, lebih menikmati sesuatunya dengan pikiran “yang terjadi, terjadilah”. April itu, genap sebulan setelah saya menyelesaikan kegiatan KKN dan bulan dimana saya telah menyelesaikan laporan magang, yang berarti bagi saya adalah saatnya memikirkan “oh skripsi ya setelah ini”. Ha? Baru memikirkan skripsi, berarti belum sekalipun memikirkan mau mengambil skripsi tentang apa, konsepnya apa, temanya apa, apalagi metodenya, hahaha.

Karimunjawa kala itu belum seramai sekarang, meskipun sudah cukup terkenal, para pecinta traveling pun saya yakin sudah pernah kesana. Untuk kalangan anak komunikasi Undip pun, mungkin kita juga bukan tim pertama yang pernah kesana, tetapi ternyata setelah kita pergi kesana eh banyak juga yang baru tahu dan pada tanya-tanya, hehe. Jika dulu kapal Ferry dari penyeberangan masih cukup lenggang, kini pernah baca sebuah artikel berita yang mengatakan penyeberangan kesana selalu ramai, bahkan beberapa penduduk asli dari sana tidak bisa pulang karena kapal sudah dipenuhi para pelancong.

Menuju karimun, petualangan kami dimulai dengan menyewa angkot untuk membawa kami dari Semarang ke Jepara. Karena kami masih terbilang newbie, jadi sebelumnya kami putuskan untuk dibantu guide selama disana, sebut saja Alex, lelaki macho yang menurutku sudah cocok berperan menjadi penjaga pantai di film Baywatch, hehe. Dari Jepara, kami naik kapal Ferry dengan tiket kelas ekonomi seharga 28.500 rupiah, ada juga sih yang kelas bisnis dengan penyejuk ruangan di dalamnya, tapi buat apa toh akhirnya kami juga lebih menikmati angin laut di atas dek kapal. Di atas dek kapal ini juga banyak bule yang tidur santai seadanya tanpa menggunakan alas apapun, backpacker sejati sepertinya, hehe. Sempat ngeri ketika berada di tengah laut tanpa sinyal dari telepon genggam, apalagi bulan-bulan sebelumnya cuaca di Indonesia sedang tidak stabil. Tetapi perjalanan selama 6 jam ini sungguh luar biasa ketimbang naik kapal cepat dari Semarang yang hanya memerlukan waktu 3,5 jam yang tentunya akan membuat mabuk laut. Harga tiketnya pun jauh lebih mahal. Lapar di tengah laut? tenang saja di kapal ada yang menjajakan makanan dan minuman juga koq, yang pasti sih seperti lagunya Jamrud “namanya laut, pop mie pasti mahal...”

Akhirnyaaaa, sekitar jam3 sore kapal pun merapat ke dermaga, yakkk... untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Karimunjawa. Traveling kurang lengkap tanpa mengabadikannya dengan foto, you know lah, tak dipungkiri jika terkadang berwisata tidak hanya sekadar menikmati pemandangan, tapi juga untuk mengabadikan moment yang ada, hehe. Puas berfoto-foto disekitar dermaga, kami pun bergegas ke pondokan tempat kami tinggal selama 4hari 3 malam disini. Sore itu pondokan itu hanya kami gunakan untuk singgah dan tidur-tiduran sebentar saja. Setelah itu, kami pun segera bergegas mencari pantai untuk melihat sunset. Dengan berbekal mobil box hasil pinjeman entah itu dari mana, mas Alex menggiring kami menuju pantai. Sayangnya saat itu kami tak menemukan moment sunset yang bagus. Yah setidaknya kami tetap bisa menikmati petualangan ini dengan canda tawa, percayalah kemana pun kau pergi jika dengan teman-teman yang kau sayangi perjalanan kemana pun akan terasa menyenangkan. :D

Selesai menikmati pemandangan pantai di sore hari, kita kembali ke pondokan, kalau orang seminar bilang namanya ISHOMA, hehe. Setelah itu kami pun bergegas hunting tempat lagi, ide untuk berapi unggun pun muncul. Dan diantarlah kita ke sebuah cottage dengan lahan yang cukup luas, sayang sepertinya sudah tak terawat dan ditinggal begitu saja, sesaat setelah masuk ke gerbang utama cukup menyeramkan. Yah saat yang tepat untuk menakut-nakuti si Geby yang takut dengan namanya Mbak Kunti atau Momok. Dan seperti biasa, saya, Rilwanu, dan Ote pun lebih takut kalau Kusir marah karena gangguin Geby :)). Sambil menenteng kayu bakar, kami menyusuri setapak jalan Cottage hingga sampai di mulut pantai. Pesta pun dimulai ketika nyala api unggun mulai berpijar, ombak berbisik, dipermanis dengan genjrengan gitar seadanya. Selang beberapa jam kemudian, nyala api pun mulai redup, begitu juga dengan nyala mata kami, saatnya kembali ke pondokan untuk beristirahat, karena petualangan besok akan jauh lebih menyenangkan, sebuah harapan dalam hati.


Harapan hari esok akan menyenangkan itu sempat terguyur oleh hujan yang turun pagi itu, dingin, dingin sekali, seketika kesenangan itu hampir lenyap karena hujan. Mulai reda, hujan pun berganti dengan gerimis. Gerimis tak menyurutkan niat kami untuk melaut, beruntung angin bertiup lebih kencang mengusir awan hitam yang menyelimuti. Mas Alex, dibantu dengan temannya yang bernama Jabrik, menyiapkan berbagai peralatan yang akan dibawa ke kapal untuk melaut. Sebelum berangkat kami diberikan sedikit instruksi, pelajaran pertama pagi itu adalah cara menggunakan alat-alat untuk snorkeling, dan juga sedikit tips saat nanti snorkeling tentunya. Karena kami hanya berdelapan, jadi diputuskan ada satu rombongan lagi yang ikut dalam perjalanan ini, karena kuota perahu ini bisa mencapai 20 orang.

Untitled-2.jpgYaps, saatnya melaut. Oh iya, jangan lupa ya sebelum melaut gunakan sunblock secukupnya, hehe. Perhentian pertama adalah tempat penangkaran hiu, masuk gratis sih tapi kalau ikut berenang baru bayar, cuma 5000 rupiah. Jangan takut, hiu disini juga nggak se-ngeri seperti yang ada di film-film, hehe. Selain hiu ada juga ikan baracuda, penyu, dan juga bintang laut.

Puas bermain dengan hiu, kami pun melanjutkan perjalanan ke berbagai pulau kecil yang ada di Karimunjawa, sebelum sampai di pulau tujuan, kami berhenti di sekitar pulau tersebut untuk bermain snorkel, terumbu karang disini masih benar-benar alami. Selama dua hari petualang di karimun, kegiatan snorkeling ini dilakukan sebelum kami singgah di suatu pulau. Jadi selama disana kami bisa bermain snorkeling lebih dari 5 kali, dan bisa dibayangkan sudah berapa liter kami minum air laut ketika bermain snorkel, hehe.

Welcome to paradiseeee, yeah itulah yang bisa kami sorakkan ketika menginjakkan kaki di pulau berpasir putih kecoklatan ini. Saya sendiri lupa nama-nama berbagai pulau yang kami kunjungi saat di Karimun, seingat saya ada Pulau Menjangan, Pulau Cemara, Pulau Panjang kalau tidak salah dan masih banyak lagi, hehe. Hari pertama kita sempat berkeliling 3 pulau, sedang di hari kedua singgah ke 4 pulau. Namun kami tidak sempat menginjakkan kaki di tumpukan pasir putih yang berada di tengah-tengah laut di karimunjawa karena air yang pasang. Salah satu tujuan kami ke Karimun adalah untuk membuat film indie yang nantinya akan kami ikutkan di salah satu ajang dari produk jeans yang sudah cukup terkenal. Capek asik membuat film, bermain pasir, dan segala macamnya, perut pun mulai lapar, dan sepertinya pesta barbeque sudah disiapkan. Beragam ikan, cumi, dan udang disini masih benar-benar segar loh, karena langsung ditangkap hari itu juga ketika kami bermain snorkeling. Kebanyakan ikan yang berhasil ditangkap adalah jenis ikan Baronang, yang dagingnya, hmmm ajibbbbbb... Selesai makan, yuk bermain pasir dan air di tepian pantai lagi sepuasnya hingga kemudian berpindah dari satu pulau ke pulau lainnya. Yah itulah kegiatan selama 2 hari disana sampai menjelang maghrib. Malamnya kami pergi ke alun-alun yang berada di tengah hiruk pikuk para penduduk setempat di Karimunjawa. Jangan kaget jika harga sepotong ayam goreng disini bisa 2x lipat harga ikan baronang sekitar 1 ons, cumi atau udang sepanjang 10 cm. Mungkin karena di pulau ini, ayam termasuk barang langka kali ya, haha. Oh iya! Disini juga ada tempat yang jual souvenir loh, siapa tau mau beli oleh-oleh untuk orang tersayang, cieeee... :D

Sepertinya itu saja yang bisa saya tuliskan tentang petualang kami di Karimunjawa, mungkin masih banyak beberapa cerita yang masih tersimpan, dan pastinya akan menjadi sebuah kenangan. Setelah euforia backpacker ini, kami pun sempat merencanakan akan kembali melakukan backpacker. Pulau Sempu, Bali, Bromo, Tanah Genteng, merupakan beberapa list yang pernah kami rencanakan.  Sayang, rencana tinggal rencana, kami pun mulai sibuk dengan rutinitas kami masing-masing. Hmm, dan akhirnya sebelum pergi dari Semarang setidaknya saya sempatkan untuk menuliskan petualangan ini. Saya pun juga sudah sempat menghabiskan waktu bersama teman-teman, meskipun ada beberapa rencana juga yang belum tersampaikan. Okay, maybe its time to lets say goodbye to find a better place before its too late :’)