Dari dulu niat untuk kembali mengupdate
blog hanya sampai dengan niat.
Banyak konsep baru, banyak ide
tercetus, tapi hanya sekadar pikiran sesaat, tidak ada tindakan lebih. Sampai
akhirnya saya paksakan untuk menuangkan satu dua kata terlebih dahulu, karena
ide akan mengalir ketika kita sedang menulis. Seperti tulisan saya yang
sebelumnya tentang membuat LED Cluster, kali ini saya juga hanya akan
bercerita, tidak seperti tulisan-tulisan saya sebelumnya yang sedang belajar
menulis sebagai jurnalis jalanan, hehe...
Karimunjawa, 6-9 April 2011, sebuah rencana yang tertunda hampir setahun
yang lalu.
Dan kini pun tulisan tentang petualangan ini juga baru tertuangkan setahun kemudian
Bisa dibilang ini merupakan awal
petualangan saya dengan 7 teman saya seangkatan 2007 (Ote, Kusir, Rilwanu, Tofik, Geby, Wanti,
Irsya) dengan berkonsep backpacker. Eh koq ada Irsya, Irsya? yang mana sih? hehe ternyata dia adek gahul dari angkatan 09, saya pun juga baru kenal dia juga karena Karimunjawa, yang mana saat disana si Irsya ini lebih sering berduaan sama Bang Opik, ehem.
Nah, jika biasanya traveling dengan menggunakan motor/mobil pribadi, baru kali ini saya melakukan perjalanan dengan transportasi umum. April itu adalah dimana saya sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, saya sendiri adalah mahasiswa yang tak terencana, tidak pernah merencanakan sesuatunya lebih awal, lebih menikmati sesuatunya dengan pikiran “yang terjadi, terjadilah”. April itu, genap sebulan setelah saya menyelesaikan kegiatan KKN dan bulan dimana saya telah menyelesaikan laporan magang, yang berarti bagi saya adalah saatnya memikirkan “oh skripsi ya setelah ini”. Ha? Baru memikirkan skripsi, berarti belum sekalipun memikirkan mau mengambil skripsi tentang apa, konsepnya apa, temanya apa, apalagi metodenya, hahaha.
Nah, jika biasanya traveling dengan menggunakan motor/mobil pribadi, baru kali ini saya melakukan perjalanan dengan transportasi umum. April itu adalah dimana saya sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir, saya sendiri adalah mahasiswa yang tak terencana, tidak pernah merencanakan sesuatunya lebih awal, lebih menikmati sesuatunya dengan pikiran “yang terjadi, terjadilah”. April itu, genap sebulan setelah saya menyelesaikan kegiatan KKN dan bulan dimana saya telah menyelesaikan laporan magang, yang berarti bagi saya adalah saatnya memikirkan “oh skripsi ya setelah ini”. Ha? Baru memikirkan skripsi, berarti belum sekalipun memikirkan mau mengambil skripsi tentang apa, konsepnya apa, temanya apa, apalagi metodenya, hahaha.
Karimunjawa kala itu belum seramai sekarang, meskipun sudah cukup terkenal, para pecinta traveling pun saya yakin sudah pernah kesana. Untuk kalangan anak komunikasi Undip pun, mungkin kita juga bukan tim pertama yang pernah kesana, tetapi ternyata setelah kita pergi kesana eh banyak juga yang baru tahu dan pada tanya-tanya, hehe. Jika dulu kapal Ferry dari penyeberangan masih cukup lenggang, kini pernah baca sebuah artikel berita yang mengatakan penyeberangan kesana selalu ramai, bahkan beberapa penduduk asli dari sana tidak bisa pulang karena kapal sudah dipenuhi para pelancong.
Menuju
karimun, petualangan kami dimulai dengan menyewa angkot untuk membawa kami dari
Semarang ke Jepara. Karena kami masih terbilang newbie, jadi sebelumnya kami
putuskan untuk dibantu guide selama
disana, sebut saja Alex, lelaki macho yang menurutku sudah cocok berperan
menjadi penjaga pantai di film Baywatch, hehe. Dari Jepara, kami naik kapal
Ferry dengan tiket kelas ekonomi seharga 28.500 rupiah, ada juga sih yang kelas bisnis
dengan penyejuk ruangan di dalamnya, tapi buat apa toh akhirnya kami juga lebih
menikmati angin laut di atas dek kapal. Di atas dek kapal ini juga banyak bule yang tidur santai seadanya tanpa menggunakan alas apapun, backpacker sejati sepertinya, hehe. Sempat ngeri ketika berada di
tengah laut tanpa sinyal dari telepon genggam, apalagi bulan-bulan
sebelumnya cuaca di Indonesia sedang tidak stabil. Tetapi perjalanan selama 6 jam
ini sungguh luar biasa ketimbang naik kapal cepat dari Semarang yang hanya
memerlukan waktu 3,5 jam yang tentunya akan membuat mabuk laut. Harga tiketnya pun jauh lebih mahal. Lapar di tengah
laut? tenang saja di kapal ada yang menjajakan makanan dan minuman juga koq,
yang pasti sih seperti lagunya Jamrud “namanya
laut, pop mie pasti mahal...”
Akhirnyaaaa, sekitar jam3 sore kapal pun merapat ke dermaga, yakkk... untuk
pertama kalinya menginjakkan kaki di Karimunjawa. Traveling kurang lengkap
tanpa mengabadikannya dengan foto, you
know lah, tak dipungkiri jika terkadang berwisata tidak hanya sekadar
menikmati pemandangan, tapi juga untuk mengabadikan moment yang ada, hehe. Puas
berfoto-foto disekitar dermaga, kami pun bergegas ke pondokan tempat kami tinggal
selama 4hari 3 malam disini. Sore itu pondokan itu hanya kami gunakan untuk singgah
dan tidur-tiduran sebentar saja. Setelah itu, kami pun segera bergegas mencari
pantai untuk melihat sunset. Dengan berbekal mobil box hasil pinjeman entah itu
dari mana, mas Alex menggiring kami menuju pantai. Sayangnya saat itu kami tak
menemukan moment sunset yang bagus. Yah setidaknya kami tetap bisa menikmati
petualangan ini dengan canda tawa, percayalah kemana pun kau pergi jika dengan
teman-teman yang kau sayangi perjalanan kemana pun akan terasa menyenangkan.
Harapan hari esok akan menyenangkan itu sempat terguyur oleh hujan yang turun pagi itu, dingin, dingin sekali, seketika kesenangan itu hampir lenyap karena hujan. Mulai reda, hujan pun berganti dengan gerimis. Gerimis tak menyurutkan niat kami untuk melaut, beruntung angin bertiup lebih kencang mengusir awan hitam yang menyelimuti. Mas Alex, dibantu dengan temannya yang bernama Jabrik, menyiapkan berbagai peralatan yang akan dibawa ke kapal untuk melaut. Sebelum berangkat kami diberikan sedikit instruksi, pelajaran pertama pagi itu adalah cara menggunakan alat-alat untuk snorkeling, dan juga sedikit tips saat nanti snorkeling tentunya. Karena kami hanya berdelapan, jadi diputuskan ada satu rombongan lagi yang ikut dalam perjalanan ini, karena kuota perahu ini bisa mencapai 20 orang.
Yaps, saatnya
melaut. Oh iya, jangan lupa ya sebelum melaut gunakan sunblock secukupnya, hehe. Perhentian pertama adalah tempat
penangkaran hiu, masuk gratis sih tapi kalau ikut berenang baru bayar, cuma 5000 rupiah.
Jangan takut, hiu disini juga nggak se-ngeri seperti yang ada di film-film,
hehe. Selain hiu ada juga ikan baracuda, penyu, dan juga bintang laut.
Puas bermain dengan hiu, kami pun
melanjutkan perjalanan ke berbagai pulau kecil yang ada di Karimunjawa, sebelum
sampai di pulau tujuan, kami berhenti di sekitar pulau tersebut untuk bermain
snorkel, terumbu karang disini masih benar-benar alami. Selama dua hari
petualang di karimun, kegiatan snorkeling ini dilakukan sebelum kami singgah di
suatu pulau. Jadi selama disana kami bisa bermain snorkeling lebih dari 5 kali,
dan bisa dibayangkan sudah berapa liter kami minum air laut ketika bermain
snorkel, hehe.