Rabu, 11 November 2009

Mempertanyakan Kedewasaan Pecinta Musik

Pentas Seni yang diadakan SMA NASIMA Semarang dan Jonny Lets Go di Tri Lomba Juang atau lebih dikenal dengan nama Mugas itu, Sabtu (07/11) berlangsung sangat meriah.

Tak tanggung-tanggung guest star yang dipanggil dalam pensi ini ada empat, yaitu Vierra, Pee Wee Gaskins, Killing Me Inside, dan Thirteen. Ditambah pula dengan dua artis lokal, Something About Lola dan Serempet Gudal.


Disamping kemeriahan yang ada dalam pensi ini, terdapat sorotan lain mengenai kedewasaan masyarakat dalam menikmati sebuah musik. Hal itu terlihat jelas ketika bintang tamu Pee Wee Gaskins. Band fenomal dari Jakarta ini mendapatkan sambutan yang kurang hangat. Saat mereka naik panggung, beberapa orang dari komunitas Anti Pee Wee Gaskins mengacungkan jari tengah dan mengangkat kaos bertuliskan "Anti Pee Wee Gaskins".

Entah apa yang dilakukan APWG itu sudah dapat dikatakan benar atau tidak, dengan mencemooh band tersebut. Ternyata hal serupa dulu juga pernah dialami oleh Rocket Rockers dan The Upstairs, mereka juga sempat dicemooh ketika sedang naik daun. Animo masyarakat yang tak terkendali seperti inilah yang justru akan memperburuk citra Indonesia, khususnya dalam dunia musik. Kedewasaan mereka dalam menikmati musik masih sangat dibatasi dengan ideology mereka yang masih sangat ekstrim. Dan bahkan ternyata sebagian dari mereka hanyalah ABG yang hanya asal ikut ajakan temannya tanpa mengetahui alasan apa yang mendasarinya.

Sangat disayangkan bukan, jika hal ini selalu terjadi dalam perkembangan musik di Indonesia.

foto-foto lain :


Vierra Polos tapi Memikat

Meski pendatang baru di blantika musik Indonesia, Vierra melejit cepat untuk mendapatkan penggemarnya yang rata-rata remaja.

Dalam penampilannya pada Blow Fabolous di Tri Lomba Juang, baru-baru ini, sang vokalis Widy Soediro Nichlany yang berkarakter manja membuktikan daya tarik band anyar itu.

Permainan piano Kevin Apriliano juga tak kalah menarik. Selain gayanya yang cool, putra pasangan Addie MS, pemimpin Twilite Orchestra, dan Memes itu benar-benar piawai memainkan piano dan kibornya.

Kevin awalnya mendirikan bandnya dengan nama Andante yang beberapa waktu kemudian mengganti namanya menjadi Vierra sejak bertemu dengan penabuh drum, Satryanda Widjanarko yang sudah lama akrab dengannya.

Kehadiran sang gitaris Raka Cyril Damar semakin memperlengkap konsep musik Vierra. Kevin mendominasi lagu-lagu yang ditawarkan Vierra.

Delapan dari selusin lagu dari debut album My First Love yang melejit dengan single “Dengarkan Curhatku” dimainkan dengan penuh daya tarik.
Komposisi Klasik Dalam konser yang diselenggarakan dalam rangka pentas seni SMA Nasima Semarang itu, Kevin membuka dengan intro melalui permainan pianonya.

Dia menghantarkan sebuah komposisi klasik yang ditekuninya sejak kecil. Pengaruh Addie MS masih cukup kuat dalam proses kemampuan musik sang anak.

Nuansa jingle pop disney dan musik aliran emo menjadi kemasan dalam konsep bermusiknya.

Tak heran para Verrania, sebutan fans Vierra, pun tenggelam saat disuguhi lagu-lagu manis seperti “Tears”, “Perih”,
“Bersamamu”, dan beberapa tembang lainnya yang kerap bercerita kehidupan sehari-hari seorang remaja yang sedang jatuh cinta.

Polos dan apa adanya adalah ciri konsep bermusik Vierra. Meski semua personel masih berumur di bawah 21 tahun, permainan musik mereka tak perlu diragukan lagi.

Daya pikat yang menawan dengan gaya enerjiknya pun turut melengkapi Vierra sebagai pendatang baru yang diperhitungkan. (Garna Raditya-45)


http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/11/10/87472/12/Vierra.Polos.tapi.Memikat