Senin, 21 Februari 2011

Atraksi Rodat Meriahkan Getasan Expo

Getasan – Atraksi Rodat yang merupakan kesenian dari Desa Sumogawe meriahkan acara Getasan Expo yang berlangsung di Kantor Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Minggu (20/02).


Kesenian yang menjadi alat pemersatu agama di Desa Sumogawe ini tampil atraktif dengan kepiawaiannya dalam menunjukkan kemampuannya bersatu padu membuat suatu bangunan dan tak kalah seru dengan berbagai atraksi ekstrim seperti melahap bola api, mengupas kulit kelapa dan memakan bohlam lampu.


Pak Mardi ketua dari Rodat Wahyu Tunas Muda ini berkata, “Kesenian Rodat ini merupakan salah satu cara yang kami lakukan dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Desa Sumogawe, khususnya di dusun Pringapus”. Kesenian ini juga tidak menggunakan unsur magic didalamnya, hanya ketrampilan yang diasah secara terus-menerus” jelasnya.

Getasan Expo yang diselenggarakan oleh Tim I KKN 2011 Undip ini merupakan puncak acara dari berbagai program dari Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang berada di berbagai desa di Kecamatan Getasan.

Stand dari berbagai desa yang ada di Getasan Expo ini banyak menyuguhkan berbagai potensi dari desa yang ada di Getasan, antara lain dari bidang pertanian terdapat buah waluh dan ketela pohon. Selain itu, terdapat juga stand UMKM yang menyuguhkan berbagai hasil olahan produksinya seperti krupuk rambak, geplak waluh, dodol susu, pempek singkong, pancake, kripik gula, gula kacang, kripik gemblong dan lain sebagainya.






Naskah : Ahmad Faiq S. (@faiq_syukr)
Foto : Arief Rahman H. (@mametmumeti)

Rabu, 16 Februari 2011

Kesenian Desa Sumogawe

Keunikan dari Desa Sumogawe yang menjadi potensi desa ini juga berasal dari kebudayaan daerahnya, banyak kesenian yang dikembangkan di desa ini, diantaranya adalah seni tari reog dan kuda lumping (sorengan), seni prajuritan, wayang kulit, karawitan, ketoprak, dan juga rodat.

1. Seni Tari Reog
Seni tari reog ini sebenarnya berasal dari Magelang yang merupakan percampuran dari berbagai budaya yang ada seperti reog ponorogo dan kuda lumping, karena adanya percampuran budaya inilah kemudian dinamai dengan Seni Tari Reog Kreasi Baru. Salah satu kelompok yang mengembangkan seni tari reog ini adalah “Kridha Muda Tantama” yang diketuai oleh Pak Haryoto yang berasal dari Dusun Sumogawe.


2. Seni Prajuritan
Seni Prajuritan ini berasal dari Dusun Magersari yang merupakan asli kesenian Jawa. Seni Prajuritan ini sekarang sangat jarang sekali ditampilkan. Permasalahan utama dari kesenian ini yang sudah jarang tampil dikarenakan banyak kostum yang rusak, sungguh sangat disayangkan sekali mengingat Seni Prajuritan ini sempat menjadi juara I tingkat provinsi Jawa Tengah.


3.
Ketoprak
Ketoprak juga merupakan salah satu potensi yang sangat baik untuk dikembangkan, mengingat dalam isi ceritanya sarat mengandung unsur nilai budaya. Salah satu cerita dari ketoprak ini tentang perebutan kekuasaan dimana didalamnya dibumbui lelucon dan atraksi yang tentunya sangat menghibur. Kelompok yang mengembangkan ketoprak ini salah satunya adalah “Ketoprak Poncho Budoyo”.





4.
Rodat
Rodat merupakan kesenian asli dari Desa Sumogawe, khususnya berada di Dusun Pringapus.
Kesenian rodat ini terdiri dari pemain instrument, pemain atraksi dan penari. Atraksi yang dilakukan ini diselingi dengan musik dari pemain instrumen. Jaman dahulu mereka mempunyai sekitar 60an lagu, tetapi kini hanya sekitar 30an lagu yang mereka hafal. Jumlah pemain dari rodat ini sekitar 50 orang
Dari beberapa kesenian tersebut seringkali hanya ditampilkan ketika ada tradisi Saparan di Desa Sumogawe. Tradisi Saparan ini merupakan tradisi setahun sekali yang diadakan di setiap dusun yang ada di Sumogawe yang merupakan suatu tradisi untuk keselamatan tiap dusun dan sekaligus bentuk dari rasa syukur karena kecukupan air.

Pada perkembangannya sekarang ini, sebagian besar kesenian yang ada hampir punah. Kendalanya pun hampir sama yaitu masalah dana untuk berbagai anggaran keluar yang menyangkut kesenian tersebut dan kurangnya minat generasi muda penerusnya akibat pergeseran budaya. Sangat disayangkan jika kebudayaan asli daerah ini yang seharusnya bisa berkembang menjadi kebudayaan nasional akan hilang begitu saja.

Naskah : Ahmad Faiq S. (@faiq_syukr)
Foto : Arief Rahman H. (@mametmumeti)

Leather Leaf

Leatherleaf Fern (Rumoha adiantiformis) adalah sejenis tanaman pakuan daerah topis, termasuk family Aspidiceae (Polydiaceae). Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan, juga banyak ditemui di Selandia Baru dan Australia.

Tanaman ini dikembangkan oleh Bapak Habib yang tinggal di Dusun Piji Desa Sumogawe. Beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 28 dan 29 Januari 2011 beliau mengadakankan pelatihan pengembangan tanaman hias tersebut kepada warga masyarakat sekitar di Ponpes Amal Sholeh di Sumogawe, Getasan.

Syarat lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan leatherleaf antara lain:
- ketinggian sekitar 850-1200
- temperature antara 19-270 Celsius
- kelembaban anatara 80-90 %
- pH tanah 5,5 – 6
- kebutuhan air 50 – 80 m3/ha/ hari

Tanaman hias leather leaf ini siap dipotong ketika ukuran panjangnya rata-rata 40-65cm dengan bentuk daun triangular, warna daun hijau tua mengkilat dengan batang lurus berwarna kecoklatan, dan tingkat kematangan mengembang penuh dan keras serta seragam.


Antusias dari petani di Desa Sumogawe ini cukup besar, sayangnya yang menjadi kendala utama dari para petani itu sendiri untuk ikut mengembangkan tanaman hias ini adalah modal yang sangat besar.

Naskah : Ahmad Faiq S. (@faiq_syukr)
Foto : Arief Rahman H. (@mametmumeti)

Usaha Kecil Menengah (UKM)



Di Desa Sumogawe cukup banyak Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dikembangkan oleh warga masyarakat sekitar. Beberapa diantaranya adalah usaha yang berbahan dasar kedelai dan kacang seperti tempe, gula kacang, kacang telor dan marning. Selain itu juga terdapat kerupuk dan rambak, jamur tiram dan kuping, serta jajanan pasar seperti roti, agar-agar dan berbagai gorengan.


Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa UKM yang ada di Desa Sumogawe ini salah satunya adalah cara produksinya yang masih sangat sederhana, mereka belum mempunyai alat khusus dalam kegiatan produksi. Disamping itu, pemasaran juga kendala yang sering mereka hadapi, sebagian besar dari mereka hanya menjual produknya di lingkungan sekitar seperti di pasar tradisional yang berada di lingkup kecamatan Getasan.


Naskah : Ahmad Faiq S. (@faiq_syukr)
Foto : Arief Rahman H. (@mametmumeti)

Susu Sapi Asli Sumogawe

Sebagian besar penduduk desa Sumogawe bermata pencaharian sebagai petani dan peternak. Ternak yang paling banyak di desa ini adalah ternak sapi. Sebagian besar masyarakat desa Sumogawe memiliki sapi perah yang dimanfaatkan sebagai penghasil susu.

Kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki saat ini belum sesuai dengan standarisasi pabrik yang bergerak dibidang industri pengelolaan susu. Hal ini menyebabkan kualitas susu yang diproduksi kurang baik sehingga tidak memenuhi standar yang diajukan oleh pabrik susu nasional.


Beberapa kelompok tani ternak di Desa Sumogawe seperti dari “Rukun Warga Tani” dan “Mulyo Winangun” yang berada di Dusun Dalangan Desa Sumogawe berharap bisa mendapatkan bantuan dari pihak terkait seperti berupa bantuan pengadaan ember perah stainless dan milkcan. Bantuan seperti itulah yang nantinya dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk susu tersebut sekaligus juga membantu program peningkatan kualitas susu di provinsi Jawa Tengah.

Naskah : Ahmad Faiq S. (@faiq_syukr)
Foto : Arief Rahman H. (@mametmumeti)

Sekilas Tentang Sumogawe

Desa Sumogawe merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Getasan dan juga merupakan desa yang mempunyai potensi terbesar pada produksi susu sapi perah, dengan memiliki ± 10 kelompok tani ternak yang tersebar di berbagai dusun, serta memiliki 3 industri pengolahan susu parteurisasi, merupakan suatu bukti tingginya produksi susu di wilayah Desa Sumogawe tersebut. Desa Sumogawe merupakan desa dengan jumlah penduduk terbanyak dan memiliki wilayah terluas no. 4 di Kecamatan Getasan setelah Desa Batur. Desa Sumogawe terdiri dari 15 dusun, yang memiliki perbedaan masing-masing, baik dilihat dari kondisi fisik maupun keadaan sosial ekonomi masyarakatnya. Namun, desa ini merupakan desa yang mempunyai tingkat kerukunan agama yang besar, terbukti dengan bermacam-macamnya agama yang terdapat di desa ini, yaitu terdiri dari Islam, Kristen, Katolik dan Budha. Keunikan lainnya di desa ini adalah sudah tidak tabuhnya lagi dalam satu keluarga memeluk keyakinan yang berbeda-beda, namun kerukunan mereka tetap terjaga.


Desa Sumogawe memiliki berbagai macam potensi, yang terdiri dari potensi pertanian tegalan, peternakan, pendidikan, serta perdagangan dan jasa. Terdapatnya 4 SD, 1 SMA dan 2 Perguruan Tinggi yaitu Sekolah Tinggi Theologia Sangkakala yang terdapat di Dusun Kenteng dan Piji merupakan suatu fakta terdapatnya potensi pendidikan yang besar, serta dapat menjadi magnet perkembangan desa dengan mengembangkan kawasan pendidikan yang lebih terintegrasi dengan lingkungan sekitarnya.

Yang menarik di Desa Sumogawe ini adalah perayaan tradisi Saparan.
Saparan merupakan suatu tradisi untuk keselamatan tiap dusun dan sekaligus bentuk dari rasa syukur karena kecukupan air. Bahkan ketika tradisi yang diperingati setahun sekali ini berlangsung, masyarakat asli Sumogawe yang merantau di berbagai tempat biasanya kembali ke kampung halamannya, dan pada puncak acara tradisi Saparan ini biasanya diramaikan dengan berbagai kesenian yang bermacam-macam, berbeda di setiap dusunnya yang ada.

Naskah : Ahmad Faiq
Peta : Aditya Yuva